Syahrina
Rahmaniah (11140182000028)
Manajemen
Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2015
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2015
1.
Definisi
Psikologi Pendidikan Menurut John Dewey (1859-1954)
John Dewey merupakan
tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk Psikologi Pendidikan setelah
William James (1842-1910). Dewey merupakan motor penggerak dalam pengaplikasian
psikologi di tingkat praktis. Beliau juga membangun laboratorium psikologi
pendidikan yang pertama di Amerika Serikat yaitu di Universtas Chicago pada
tahun 1894. Kemudian beliau melanjutkan karya inovativnya di Columbia
University. Ide – ide penting hasil pemikirannya diantaranya yaitu :
Pertama,
menurutnya
anak sebagai pembelajar yang aktif (active
learner). Dia percaya bahwa anak – anak tidak seharusnya duduk diam di kursi
mereka, kemudian mendengarkan pelajaran secara pasif dan bertingkah laku sopan.
Mereka akan belajar dengan lebih baik jika mereka belajar secara aktif.
Kedua,
menurutnya
pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat
kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan. Anak – anak juga tidak
hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetap juga harus diajarkan cara untuk
berpikir dan beradaptasi dengan dunia luar sekolah. Selain itu, anak – anak juga harus belajar
agar mampu menyelaskan masalah secara reflektif (spontanitas).
Ketiga,
menurutnya
setap anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya.
Cita – cita demokratis ini
pada abad ke 19 belum muncul, sebab saat itu pendidikan hanya diberikan kepada orang
yang berada pada golongan kaya. Dewey merupakan salah satu psikolog yang sangat
berpengaruh dan mendukung pendidikan yanglayak bagi semua pihak tanpa memandang
dari berbagai aspek dan lapisan.[1]
Saya se pendapat dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh John Dewey melalui ketiga ide – ide brillant
nya tersebut.Ini salah satu alasan saya memilih John Dewey sebagai tokoh yang
saya suka dan saya cantumkan pendapatnya. Tokoh lain juga memilikiide dan pendapat
yang hebat tetap diantara ketiga nya, pendapat John Dewey lah yang lebih
mencakup manfaat serta tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Perihal pendidikan yang
layak tanpa adanya perbedaan disetiap ras, gender maupun ekonomi nya saya
sangat sependapat. Hal ini tentu saja sangat selaras dengan perintah Islam
dalam kewajiban menuntut lmu. Disebutkan dalam Al-Quran pada surat yang pertama
kali turun, yaitu surat Al-Alaq 1-5,
adalah perintah untuk membaca.
Berikut adalah kutipan
ayatnya :
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
خَلَقَ
الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
(5)
5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Hal ini sudah amat jelas, bahwa agama Islam pun sangat mendukung dan mewajibkan untuk terus membaca dan belajar. Dijelaskan lagi dalam hadits Rasulullah untuk selalu menuntut ilmu tanpa memandang gender, baik laki maupun perempuan. Karena dalam hal menuntut lmu, tidak ada perbedaan diantara keduanya. Bahkan pepatah arab mengatakan, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Ini berati, Islam sangat mendukung supaya tiap tiap umatnya untuk menimba Ilmu kemanapun itu dengan tujuan yang benar, yaitu karena Allah ta’ala, dalam hal iniorang yang menuntut lmu disebut dengan istlah Fii Sabilillah, yaitu jihad di jalan Allah dan selalu mendapat lindungan Allah. Islam juga memerintahkan untuk menuntut Ilmu tanpa mengenal usia, dalam pepatah arab juga diibaratkan menuntut ilmu itu dari buaian sampai ke liang lahat اطلبوا العلم من المهد إلى اللح.
Selain itu, jika dahulu
perempuan hanya sebaga kaum yang diremehkan tanpa memiliki pendidikan yang tinggi,
saat ini sudah banyak yang menghapuskan istlah buram tersebut. Saya dan
perempuan – perempuan lainnya diluar sana tentu sangat tidak setuju dengan pelabelan
buram seperti ini. Perempuan adalah madrosatul ‘ula (sekolah awal) bagi anak
nya kelak. Jika seorang ibu tidak memiliki pendidikan yang layak, bagaimana ia
bisa mendidik anak nya dengan baik, membuka cakrawala serta pengetahuan si
anak, jika pengetahuannya saja hanya sebatas sumur, kasur dan dapur. Sedangkan
saat ini, dengan berbagai kemajuan dunia diberbagai bidang, tentu kita
membutuhkan generasi penerus yang cerdas, berkompeten, berpengetahuan luas
serta bermoral untuk memajukan bangsa ini.
Pembelajaran juga tidak
hanya butuh didalam kelas. Seperti dijelaskan diatas oleh Dewey, bahwa anak –
anak akan belajar dengan lebih baik, jika mereka belajar dengan aktif. Jika
anak – anak hanya terpaku pada satu buku dan mendengarkan ceramah guru di
depan, tentu akan sangat membosankan, dan tentu saja pola pikir anak tidak
berkembang. Anak hanya sekedar mendengarkan dan menghafal pelajaran / teori
tanpa tau praktik nya.
2.
Manfaat
Belajar Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk
meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda
seperti di bawah ini:
-
Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
Seorang guru
harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati,
karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat
penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai
tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru
dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.
-
Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam
Kelas
Pemahaman yang
baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat
membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim
pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses
belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui
prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang
berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik.
Psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di
dalam kelas bisa berjalan efektif.
-
Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
-
Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
Seorang guru
harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan
pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik.
Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang
mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk
memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada
tingkat usia yang berbeda-beda.
-
Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Guru harus
melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa.
Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan
evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi,
pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
-
Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah
dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran.
-
Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat
media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual,
sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
-
Penyusunan Jadwal Pelajaran
Jadwal
pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya
mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di
awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima
materi pelajaran.
Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru untu merencanakan,
mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah.[2]
3. Metode yang Memudahkan dalam
Mempelajari Psikologi Pendidikan
Dalam mata kuliah psikologi pendidikan disetiap pertemuannya, dosen
sudah sangat kreatif sehingga membuat para mahasiswa tidak bosan dan jenuh
dalam membahas mata kuliah. Apalagi dengan metode belajar melalui kelompok,
kemudian mendiskusikan materi yang akan dibahas pada pertemuan tersebut diatas
kertas karton dengan dihias se kreatif mungkn oleh para mahasiswa. Setelahnya,
tiap kelompok mempresentasikan di depan kelas materi yang dibahas dikelompoknya
dan dikaji ulang oleh dosen untuk meluruskan pembahasan dalam diskusi yang dirasa
masih kurang jelas. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh besar terhadap mahasiswa,
selain mengasah kemampuan ber kreasi diatas kertas, menambah pengetahuan mahasiswa
tentang materi yang akan dibahas, juga
menumbuhkan rasa kekeluargaan dan jiwa sosial dimasing – masing mahasiswa.
Namun, akan lebih baik lagi jika pembuatan materi yang akan di diskusikan tiap
minggu nya terlebih dahulu dibuat di rumah. Tujuannya supaya tidak menyita
terlalu banyak waktu dikelas.
4. YangPaling Menyenangkan Ketika
Mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara
singkat, perkembangan adalah proses atau tahapan menuju kearah sesuatu yang
lebih maju. Sedangkan pertumbuhan berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal
jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan
juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development(McLeod, 1989)[3].
Ketika mempelajari ini dosen sangat kreatf
dengan melakukan flashback berat badan dan tinggi badan mulai dari SD sampai
saat ini. Kita diminta untuk mengamati serta mencatat ke dua hal tersebut.
Tentu saja hal ini sangat menyadarkan kita. Bagaimana perkembangan serta
pertumbuhan fisik kita sedari SD sampai kuliah saat ini. Tentu saja menjadi koreksi,
apa saja yang perlu diperbaiki, seperti halnya tinggi badan. Tidak hanya
sekedar fisik saja, tetap juga dari segi pola pikir yang mengalami perkembangan
jika dibandingkan ketika masih duduk di sekolah dasar.
5. Teori Belajar
Salah satu yang saya bahas ada Teori Humanistik. Tokoh
penting dalam teori belajar humanistik ini antara lain : Arthur W. Combs,
Abraham Maslow dan Carl Rogers. Menurut
teoriini, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik – baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Psikolog humanistik memberi perhatian dan menekankan bahwa
guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan berbagai cara dalam kemudahan
belajar.
Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
dengan metode – metode yang diterapkan. Guru memfasilitasi pengalaman belajar siswa
dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan
sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendri. Diharapkan siswa memahami potensi dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif. Selain itu. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar. Selain itu, siswa didorong untuk bebas
mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendri, melakukan apa yang dinginkan dan
menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi – materi
pembelajarannya yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap
dan analsis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasiini
adalah siswa merasa senang, bergairahberinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
serta atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,
dan mengatur pribadinya sendiri secara bertangggung jawab. Semua komponen pendidikan
termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusa yang ideal dan dicta
– cita kan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri.
Belajar merupakan kebutuhan dan berperan penting dalam
kehidupan manusia. Hal ini disebabkan manusia terlahir tidak mengetahui apa –
apa, ia hanya dibekali potensi jasmaniah dan rohaniah (QS. An-Nahl:78)[4]. Maka
sangatlah beralasan jika manusia diwajibkan untuk belajar, guna mengembangkan
bakat dan potensi yang dimiliki selain untuk bermanfaat untuk dirinya, juga orang
lain.
Psikolog
muslim banyak yang terpesona dengan psikologi humanistik, bahkan mereka
beranggapan bahwa humanistik adalah mencakup pandangan Islam, karena psikolog
humanistik optimis dalam memandang manusia, tidak meniadakan masalah kuantitatif
dan mengaku eksistensi serta kesamaan antar manusa. Akan tetapi, jika ditinjau
lebih jauh lagi, ternyata psikologi humanistik ini memandang manusa terlalu
“antrophosentrisme” yang berarti memberikan peluang pada manusia menganggap dirinya
sebagai penentu tunggal. Padahal dalam Islam, hanya Allah lah penentu tunggal
alam semesta ini. Maka dariitu, dalam mempelajari psikologi khususnya dalam
menentukan teori belajar, seorang muslim harus berusaha mempelajari landasan filosofis
dan latar belakang sejarahnya. Dan harus waspada, jangan menerima mentah –
mentah teori serta praktiknya tanpa diseleksi terlebih dahulu mana yang sesuai
dengan ajaran Islam dan mana yang tidak[5].
6. Pengertian Intellegensi dan Cara
Mengembangkan Intellegensi Dominan yang Dimiliki
Intellegensi adalah keahlian untuk memecahkan masalah
dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari – hari.
Menurut Dr. Thomas Amstrong, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang
memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjad bawaan itu antara
lain : pengetahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas dan fleksibilitas.
Tidak ada manusa yang seutuhnya bodoh, mereka mempunyai kemampuan atau
kecerdasan yang bermacam – macam. Gardner mengungkapkan serangkaian kemampuan
dan ketrampilan yang dapat dikembangkan. Kecerdasan ada pada setap manusa tetapi
dengan tingkat yang berbeda – beda. Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan
oleh Gardner (1983) yaitu :
-
Linguistik (kemampuan yang berkaitan
dengan bahasa, yaitu menggunakan kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan)
-
Matematis Logis (kemampuan
menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran)
-
Spasial (kemampuan mempersepsikan
dunia spasial – visual secara akurat, anak dengan kecerdasan visual biasanya
kayadengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imajinatif)
-
Kinestetis (kemampuan menggunakan
seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan)
-
Musikal (kemampuan menangani bentuk
– bentuk musikal dengan cara mempersepsikan, membedakan, mengubah dan
mengekspresikan)
-
Interpersonal (kemampuan mempersepsikan
dan membedakan suara hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Anak
yang memiliki kecerdasan ini biasanya banyak disukai temannya karena ia mampu
berinteraksi dengan baik)
-
Intrapersonal (kemampuan memahami diri
sendri secara akurat, biasanya seorang anak yang memiliki kecerdasan type ini
lebih suka bekerja sendirian)[6]
Intelligensi
dominan yang saya miliki adalah type Lingustik dalam bentuk lisan. Saya memang
menyukai apapun yang berbentuk komunikasi. Beberapa kali saya pernah menjuarai
beberapa ajang kompetisi pidato ketika saya masih duduk dibangku SMP dan SMA
dalam bidang pidato dan newscasting (pembaca berita). Saya menyadari, bakat ini
sudah saya miliki sejak saya mulai bisa berbicara pada usia balita. Orangtua
saya sering sekali bercerita kalau saya dulu kecilnya suka sekali berbicara, tidak
bisa diam. Sampai saya SD saya sudah sering dipercaya untuk menjadi MC atau
pembawa acara diberbagai kegiatan di sekolah ataupun tempat ngaji saya.
Beranjak SMP saya mulai mengenal dunia pidato yang saya dapatkan dari pondok
pesantren tempat saya bersekolah, dari sinilah awal mula saya mengikuti lomba pidato
sampai SMA. Sampai SMA saya juga masih sering dipercaya untuk menjad MC disetiap
acara ulang tahun sekolah ataupun acara perpisahan siswa kelas XII, sampa
keacara peringatan hari pramuka se-Lampung dan perlombaan drumband tingkat provinsi.
Selain linguistik, multiple intelligensi yang ada pada diri saya yaitu spasial,
karena saya suka sekali berkhayal dan menggambar – gambar, men design, dan
tentunya mewarnai. Ketika SD dulu saya senang membuat komik bergambar yang cerita
nya saya karang sendiri, karena terlalu sering membaca majalah Bobo ketika itu.
Sampai saat ini, jika saya memegang pensil/pulpen/spidol selalu ada saja yang
saya anggap menjad kanvas kosong untuk dicoret – coret. Selain itu saya juga
tergolong Intrapersonal, karena saya senang memiliki banyak teman. Menurut
saya, tidak sedikitpun rugi jika kita memiliki banyak teman dimanapun dan siapapun,
selagi tidak mengganggu kepercayaan dan tugas masing – masing. Dari dulu, saya
tidak pernah memilih – milih teman, karena memiliki teman banyak akan membuat hidup
kita tidak sepi dan selalu berwarna. Cara mengembangkan ketiga multple intelligensi
yang saya sadar menjad dominan dalam diri saya yaitu dengan terus melatihnya
dan tetap tawadu’ dan mensyukuri nikmat, supaya dijauhkan dari sikap sombong.
7. Motivasi
Motivasi
berpangkal dari kata ‘motif’ yang dapat dartikan sebagai daya penggerak yang
ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan. Pada intinya dapat disederhanakan bahwa motivasi
merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dalam melakukan kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan. [7]Motivasi
sendiri ada 2, yatu :
-
Motivasi Intrinsik yatu motivasi
yang tmbul dar dalam ndvdu sendr tanpa da paksaan / drngan rang lan, tetap atas
dasar kemauan sendr.
-
Motivasi Ekstrinsik, yatu mtvas yang
tmbul dar luar ndvdu, karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dar rang
lansehngga mau melakukan kegatan tersebut.[8]
Saat ini
saya berada di jurusan Manajemen Pendidikan. Motivasi Intrinsik saya memilih
jurusan ini adalah, karena kecintaan saya pada dunia pendidikan. Pendidikan lah
yang membawa kita menjadi manusia yang sesungguhnya. Saya menyadari dari dalam
diri saya sendiri, pendidikan yang diberikan orang tua saya darisebelum saya
mengenal sekolah sampai saat ini sungguh terasa arti pentingnya. Motivasi
Ekstrinsik saya berada dijurusan ini adalah dorongan orang tua saya. Karena orang
tua saya lah yang membuat saya tetap bertahan menghadapi rumitnya perkuliahan
yang kadang saya hadapi. Saya berasumsi, bahwa jika kita menuruti keinginan orang
tua kita tentulah itu yang terbaik, karena sudah pasti difikirkan matang –
matang sebelumnya, orang tua juga lebih berpengalaman dari pada kita, tentu
sudah banyak merasakan asam garamnya. Selain itu, Ridhoorang tua yang Insya
Allah di dapat, juga merupakan ke ridhoan Allah, semoga dengan keyakinan saya
yang sepert ini memermudah segala urusan kulah ini.
8. Teori Belajar yang Cocok Digunakan
Dalam Jurusan Saat Ini
Teori yang cocok
digunakan dalam perkuliahan dijurusan saat ini yaitu teori humanistik, memanusiakan
manusia. Tentu saja dengan kajian ulang dan sentuhan – sentuhan Islam didalamnya,
supaya tidak menjadiilmu yang sesat.
9. Ciri – Ciri Guru yang Beraliran
Behaviorisme
-
Guru yang menggunakan paradigma
behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap;
-
Tujuan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap;
-
Tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
siswa disampaikan utuh oleh guru;
-
Guru tidak banyak memberi ceramah,
tetap instruksi singkat dikuti contoh – contoh yang dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi;
-
Pelajaran disusun secara hirearki
dari yang sederhana sampai pada yang kompleks;
-
Bersifat mekanis;
-
Menekankan peranan lingkungan;
-
Menekankan peranan latihan;
-
Kesalahan harus segera diperbaiki;
-
Pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati;
-
Evaluasi atau penilaian didasari
atas perlaku yang tampak;
-
Mementingkan mekanisme hasil
belajar.
10. Ciri – Ciri Guru yang Beraliran
Humanisme
- Peran guru sebagai fasilitator dan
memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa;
-
Guru mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran;
-
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa;
-
Menghargai siswa;
- Pendidik humanistik percaya bahwa,
baik perasaan maupun pengetahuan, sangat penting dalam proses belajar dan tidak
memisahkan domain kognitif dan afektif;
- Pendidik humanistik menekankan
perlunya siswa terhindar dari tekanan lingkungan, sehingga mereka akan merasa
aman untuk belajar. setelah siswa merasa aman, belajar mereka jadi lebih mudah
dan lebih bermakna.[9]
SUMBER :
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan edisi kedua (Jakarta : Kencana), 2008
Pupuh Fathurrohman, Sorry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam(Bandung : Refika Aditama) 2007
Pupuh Fathurrohman, Sorry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam(Bandung : Refika Aditama) 2007
Dimyati, Mudjiono, Belajar & Pembelajaran(Jakarta : Rineka Cipta) 2013
Fuat Nashori (ed), Membangun Paradigma Psikologi Islami (Yogyakarta : Sipress, 1994)
Muhibbn Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya) 2014
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/manfaat-mempelajar-psikologi.html (diunduh tgl 21-05-15 pukul 16.00)
https://coretantanpatinta.wordpress.com/2013/01/03/teori-mutiple-intelligenci-teori-kecerdasan-ganda/ (diunduh pada 21-05-2015 pukul 21.30)
http://rizkyfazliana.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html (diunduh pada 21-04-2015 pukul 22.00)
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/11/analisis-komparatif-antara-teori.html (diunduh pada 21-04-2015 pukul 23.15)
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/manfaat-mempelajar-psikologi.html (diunduh tgl 21-05-15 pukul 16.00)
https://coretantanpatinta.wordpress.com/2013/01/03/teori-mutiple-intelligenci-teori-kecerdasan-ganda/ (diunduh pada 21-05-2015 pukul 21.30)
http://rizkyfazliana.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html (diunduh pada 21-04-2015 pukul 22.00)
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/11/analisis-komparatif-antara-teori.html (diunduh pada 21-04-2015 pukul 23.15)
Psikologi Belajar : Dr. Mulyati, M.Pd
Psikologi Belajar : Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono
Psikologi Pendidikan : Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa
Landasan Kependidikan : Prof. Dr. Made Pidarta
[1] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan edisi kedua (Jakarta
: Kencana), 2008, hal 4
[2]http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/manfaat-mempelajar-psikologi.html
(diunduh tgl 21-05-15 pukul 16.00)
[3] Muhibbn Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
(Bandung : Pt Remaja Rosdakarya) 2014 hal. 41
[4]http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/11/analisis-komparatif-antara-teori.html
(diunduh pada 21-04-2015 pukul 23.15)
[5] Fuat Nashori (ed), Membangun Paradigma Psikologi Islami (Yogyakarta
: Sipress, 1994) hlm 48
[6]https://coretantanpatinta.wordpress.com/2013/01/03/teori-mutiple-intelligenci-teori-kecerdasan-ganda/
(diunduh pada 21-05-2015 pukul 21.30)
[7] Pupuh Fathurrohman, Sorry
Sutikno, Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam(Bandung : Refika Aditama)
2007 hal. 19
[8] Dimyati, Mudjiono, Belajar & Pembelajaran(Jakarta :
Rineka Cipta) 2013 hal. 86
[9]http://rizkyfazliana.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html (diunduh pada 21-04-2015 pukul
22.00)