Kamis, 23 April 2015

Educational of Psychology


Syahrina Rahmaniah    (11140182000028)

Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2015


1.      Definisi Psikologi Pendidikan Menurut John Dewey (1859-1954)
John Dewey merupakan tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk Psikologi Pendidikan setelah William James (1842-1910). Dewey merupakan motor penggerak dalam pengaplikasian psikologi di tingkat praktis. Beliau juga membangun laboratorium psikologi pendidikan yang pertama di Amerika Serikat yaitu di Universtas Chicago pada tahun 1894. Kemudian beliau melanjutkan karya inovativnya di Columbia University. Ide – ide penting hasil pemikirannya diantaranya yaitu :
Pertama, menurutnya anak sebagai pembelajar yang aktif (active learner). Dia percaya bahwa anak – anak tidak seharusnya duduk diam di kursi mereka, kemudian mendengarkan pelajaran secara pasif dan bertingkah laku sopan. Mereka akan belajar dengan lebih baik jika mereka belajar secara aktif.
Kedua, menurutnya pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan. Anak – anak juga tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetap juga harus diajarkan cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia luar sekolah.  Selain itu, anak – anak juga harus belajar agar mampu menyelaskan masalah secara reflektif (spontanitas).
Ketiga, menurutnya setap anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya.
Cita – cita demokratis ini pada abad ke 19 belum muncul, sebab saat itu pendidikan hanya diberikan kepada orang yang berada pada golongan kaya. Dewey merupakan salah satu psikolog yang sangat berpengaruh dan mendukung pendidikan yanglayak bagi semua pihak tanpa memandang dari berbagai aspek dan lapisan.[1]
Saya se pendapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh John Dewey melalui ketiga ide – ide brillant nya tersebut.Ini salah satu alasan saya memilih John Dewey sebagai tokoh yang saya suka dan saya cantumkan pendapatnya. Tokoh lain juga memilikiide dan pendapat yang hebat tetap diantara ketiga nya, pendapat John Dewey lah yang lebih mencakup manfaat serta tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Perihal pendidikan yang layak tanpa adanya perbedaan disetiap ras, gender maupun ekonomi nya saya sangat sependapat. Hal ini tentu saja sangat selaras dengan perintah Islam dalam kewajiban menuntut lmu. Disebutkan dalam Al-Quran pada surat yang pertama kali turun, yaitu surat Al-Alaq 1-5,  adalah perintah untuk membaca.


Berikut adalah kutipan ayatnya :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2)
 Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
 Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
 عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5) 
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Hal ini sudah amat jelas, bahwa agama Islam pun sangat mendukung dan mewajibkan untuk terus membaca dan belajar. Dijelaskan lagi dalam hadits Rasulullah untuk selalu menuntut ilmu tanpa memandang gender, baik laki maupun perempuan. Karena dalam hal menuntut lmu, tidak ada perbedaan diantara keduanya. Bahkan pepatah arab mengatakan, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.  اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ

Ini berati, Islam sangat mendukung supaya tiap tiap umatnya untuk menimba Ilmu kemanapun itu dengan tujuan yang benar, yaitu karena Allah ta’ala, dalam hal iniorang yang menuntut lmu disebut dengan istlah Fii Sabilillah, yaitu jihad di jalan Allah dan selalu mendapat lindungan Allah. Islam juga memerintahkan untuk menuntut Ilmu tanpa mengenal usia, dalam pepatah arab juga diibaratkan menuntut ilmu itu dari buaian sampai ke liang lahat اطلبوا العلم من المهد إلى اللح.
Selain itu, jika dahulu perempuan hanya sebaga kaum yang diremehkan tanpa memiliki pendidikan yang tinggi, saat ini sudah banyak yang menghapuskan istlah buram tersebut. Saya dan perempuan – perempuan lainnya diluar sana tentu sangat tidak setuju dengan pelabelan buram seperti  ini. Perempuan adalah madrosatul ‘ula (sekolah awal) bagi anak nya kelak. Jika seorang ibu tidak memiliki pendidikan yang layak, bagaimana ia bisa mendidik anak nya dengan baik, membuka cakrawala serta pengetahuan si anak, jika pengetahuannya saja hanya sebatas sumur, kasur dan dapur. Sedangkan saat ini, dengan berbagai kemajuan dunia diberbagai bidang, tentu kita membutuhkan generasi penerus yang cerdas, berkompeten, berpengetahuan luas serta bermoral untuk memajukan bangsa ini.
Pembelajaran juga tidak hanya butuh didalam kelas. Seperti dijelaskan diatas oleh Dewey, bahwa anak – anak akan belajar dengan lebih baik, jika mereka belajar dengan aktif. Jika anak – anak hanya terpaku pada satu buku dan mendengarkan ceramah guru di depan, tentu akan sangat membosankan, dan tentu saja pola pikir anak tidak berkembang. Anak hanya sekedar mendengarkan dan menghafal pelajaran / teori tanpa tau praktik nya.


2.      Manfaat Belajar Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini:
-          Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati, karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.
-          Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
-          Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
-          Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
-          Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
-          Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
-          Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
-          Penyusunan Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru untu merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah.[2]
3.      Metode yang Memudahkan dalam Mempelajari Psikologi Pendidikan
Dalam mata kuliah psikologi pendidikan disetiap pertemuannya, dosen sudah sangat kreatif sehingga membuat para mahasiswa tidak bosan dan jenuh dalam membahas mata kuliah. Apalagi dengan metode belajar melalui kelompok, kemudian mendiskusikan materi yang akan dibahas pada pertemuan tersebut diatas kertas karton dengan dihias se kreatif mungkn oleh para mahasiswa. Setelahnya, tiap kelompok mempresentasikan di depan kelas materi yang dibahas dikelompoknya dan dikaji ulang oleh dosen untuk meluruskan pembahasan dalam diskusi yang dirasa masih kurang jelas. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh besar terhadap mahasiswa, selain mengasah kemampuan ber kreasi diatas kertas, menambah pengetahuan mahasiswa tentang materi yang akan dibahas,  juga menumbuhkan rasa kekeluargaan dan jiwa sosial dimasing – masing mahasiswa. Namun, akan lebih baik lagi jika pembuatan materi yang akan di diskusikan tiap minggu nya terlebih dahulu dibuat di rumah. Tujuannya supaya tidak menyita terlalu banyak waktu dikelas.
4.      YangPaling Menyenangkan Ketika Mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara singkat, perkembangan adalah proses atau tahapan menuju kearah sesuatu yang lebih maju. Sedangkan pertumbuhan berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti  pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development(McLeod, 1989)[3].
     Ketika mempelajari ini dosen sangat kreatf dengan melakukan flashback berat badan dan tinggi badan mulai dari SD sampai saat ini. Kita diminta untuk mengamati serta mencatat ke dua hal tersebut. Tentu saja hal ini sangat menyadarkan kita. Bagaimana perkembangan serta pertumbuhan fisik kita sedari SD sampai kuliah saat ini. Tentu saja menjadi koreksi, apa saja yang perlu diperbaiki, seperti halnya tinggi badan. Tidak hanya sekedar fisik saja, tetap juga dari segi pola pikir yang mengalami perkembangan jika dibandingkan ketika masih duduk di sekolah dasar.

5.      Teori Belajar
Salah satu yang saya bahas ada Teori Humanistik. Tokoh penting dalam teori belajar humanistik ini antara lain : Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Menurut  teoriini, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik – baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Psikolog humanistik memberi perhatian dan menekankan bahwa guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan berbagai cara dalam kemudahan belajar.
           Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran dengan metode – metode yang diterapkan. Guru memfasilitasi pengalaman belajar siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendri. Diharapkan siswa memahami potensi dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Selain itu. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Selain itu, siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendri, melakukan apa yang dinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
           Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi – materi pembelajarannya yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analsis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasiini adalah siswa merasa senang, bergairahberinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan  sikap serta atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, dan mengatur pribadinya sendiri secara bertangggung jawab. Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusa yang ideal dan dicta – cita kan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri.
Belajar merupakan kebutuhan dan berperan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan manusia terlahir tidak mengetahui apa – apa, ia hanya dibekali potensi jasmaniah dan rohaniah (QS. An-Nahl:78)[4]. Maka sangatlah beralasan jika manusia diwajibkan untuk belajar, guna mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki selain untuk bermanfaat untuk dirinya, juga orang lain.
           Psikolog muslim banyak yang terpesona dengan psikologi humanistik, bahkan mereka beranggapan bahwa humanistik adalah mencakup pandangan Islam, karena psikolog humanistik optimis dalam memandang manusia, tidak meniadakan masalah kuantitatif dan mengaku eksistensi serta kesamaan antar manusa. Akan tetapi, jika ditinjau lebih jauh lagi, ternyata psikologi humanistik ini memandang manusa terlalu “antrophosentrisme” yang berarti memberikan peluang pada manusia menganggap dirinya sebagai penentu tunggal. Padahal dalam Islam, hanya Allah lah penentu tunggal alam semesta ini. Maka dariitu, dalam mempelajari psikologi khususnya dalam menentukan teori belajar, seorang muslim harus berusaha mempelajari landasan filosofis dan latar belakang sejarahnya. Dan harus waspada, jangan menerima mentah – mentah teori serta praktiknya tanpa diseleksi terlebih dahulu mana yang sesuai dengan ajaran Islam dan mana yang tidak[5].

6.      Pengertian Intellegensi dan Cara Mengembangkan Intellegensi Dominan yang Dimiliki
Intellegensi adalah keahlian untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari – hari. Menurut Dr. Thomas Amstrong, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjad bawaan itu antara lain : pengetahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas dan fleksibilitas. Tidak ada manusa yang seutuhnya bodoh, mereka mempunyai kemampuan atau kecerdasan yang bermacam – macam. Gardner mengungkapkan serangkaian kemampuan dan ketrampilan yang dapat dikembangkan. Kecerdasan ada pada setap manusa tetapi dengan tingkat yang berbeda – beda. Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1983) yaitu :
-          Linguistik (kemampuan yang berkaitan dengan bahasa, yaitu menggunakan kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan)
-          Matematis Logis (kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran)
-          Spasial (kemampuan mempersepsikan dunia spasial – visual secara akurat, anak dengan kecerdasan visual biasanya kayadengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imajinatif)
-          Kinestetis (kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan)
-          Musikal (kemampuan menangani bentuk – bentuk musikal dengan cara mempersepsikan, membedakan, mengubah dan mengekspresikan)
-          Interpersonal (kemampuan mempersepsikan dan membedakan suara hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya banyak disukai temannya karena ia mampu berinteraksi dengan baik)
-          Intrapersonal (kemampuan memahami diri sendri secara akurat, biasanya seorang anak yang memiliki kecerdasan type ini lebih suka bekerja sendirian)[6]
Intelligensi dominan yang saya miliki adalah type Lingustik dalam bentuk lisan. Saya memang menyukai apapun yang berbentuk komunikasi. Beberapa kali saya pernah menjuarai beberapa ajang kompetisi pidato ketika saya masih duduk dibangku SMP dan SMA dalam bidang pidato dan newscasting (pembaca berita). Saya menyadari, bakat ini sudah saya miliki sejak saya mulai bisa berbicara pada usia balita. Orangtua saya sering sekali bercerita kalau saya dulu kecilnya suka sekali berbicara, tidak bisa diam. Sampai saya SD saya sudah sering dipercaya untuk menjadi MC atau pembawa acara diberbagai kegiatan di sekolah ataupun tempat ngaji saya. Beranjak SMP saya mulai mengenal dunia pidato yang saya dapatkan dari pondok pesantren tempat saya bersekolah, dari sinilah awal mula saya mengikuti lomba pidato sampai SMA. Sampai SMA saya juga masih sering dipercaya untuk menjad MC disetiap acara ulang tahun sekolah ataupun acara perpisahan siswa kelas XII, sampa keacara peringatan hari pramuka se-Lampung dan perlombaan drumband tingkat provinsi. Selain linguistik, multiple intelligensi yang ada pada diri saya yaitu spasial, karena saya suka sekali berkhayal dan menggambar – gambar, men design, dan tentunya mewarnai. Ketika SD dulu saya senang membuat komik bergambar yang cerita nya saya karang sendiri, karena terlalu sering membaca majalah Bobo ketika itu. Sampai saat ini, jika saya memegang pensil/pulpen/spidol selalu ada saja yang saya anggap menjad kanvas kosong untuk dicoret – coret. Selain itu saya juga tergolong Intrapersonal, karena saya senang memiliki banyak teman. Menurut saya, tidak sedikitpun rugi jika kita memiliki banyak teman dimanapun dan siapapun, selagi tidak mengganggu kepercayaan dan tugas masing – masing. Dari dulu, saya tidak pernah memilih – milih teman, karena memiliki teman banyak akan membuat hidup kita tidak sepi dan selalu berwarna. Cara mengembangkan ketiga multple intelligensi yang saya sadar menjad dominan dalam diri saya yaitu dengan terus melatihnya dan tetap tawadu’ dan mensyukuri nikmat, supaya dijauhkan dari sikap sombong.
7.      Motivasi
Motivasi berpangkal dari kata ‘motif’ yang dapat dartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Pada intinya dapat disederhanakan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam melakukan kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan. [7]Motivasi sendiri ada 2, yatu :
-          Motivasi Intrinsik yatu motivasi yang tmbul dar dalam ndvdu sendr tanpa da paksaan / drngan rang lan, tetap atas dasar kemauan sendr.
-          Motivasi Ekstrinsik, yatu mtvas yang tmbul dar luar ndvdu, karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dar rang lansehngga mau melakukan kegatan tersebut.[8]
Saat ini saya berada di jurusan Manajemen Pendidikan. Motivasi Intrinsik saya memilih jurusan ini adalah, karena kecintaan saya pada dunia pendidikan. Pendidikan lah yang membawa kita menjadi manusia yang sesungguhnya. Saya menyadari dari dalam diri saya sendiri, pendidikan yang diberikan orang tua saya darisebelum saya mengenal sekolah sampai saat ini sungguh terasa arti pentingnya. Motivasi Ekstrinsik saya berada dijurusan ini adalah dorongan orang tua saya. Karena orang tua saya lah yang membuat saya tetap bertahan menghadapi rumitnya perkuliahan yang kadang saya hadapi. Saya berasumsi, bahwa jika kita menuruti keinginan orang tua kita tentulah itu yang terbaik, karena sudah pasti difikirkan matang – matang sebelumnya, orang tua juga lebih berpengalaman dari pada kita, tentu sudah banyak merasakan asam garamnya. Selain itu, Ridhoorang tua yang Insya Allah di dapat, juga merupakan ke ridhoan Allah, semoga dengan keyakinan saya yang sepert ini memermudah segala urusan kulah ini.


8.      Teori Belajar yang Cocok Digunakan Dalam Jurusan Saat Ini
Teori yang cocok digunakan dalam perkuliahan dijurusan saat ini yaitu teori humanistik, memanusiakan manusia. Tentu saja dengan kajian ulang dan sentuhan – sentuhan Islam didalamnya, supaya tidak menjadiilmu yang sesat.

9.      Ciri – Ciri Guru yang Beraliran Behaviorisme
-          Guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap;
-          Tujuan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap;
-          Tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan utuh oleh guru;
-          Guru tidak banyak memberi ceramah, tetap instruksi singkat dikuti contoh – contoh yang dilakukan sendiri maupun melalui simulasi;
-          Pelajaran disusun secara hirearki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks;
-          Bersifat mekanis;
-          Menekankan peranan lingkungan;
-          Menekankan peranan latihan;
-          Kesalahan harus segera diperbaiki;
-          Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati;
-          Evaluasi atau penilaian didasari atas perlaku yang tampak;
-          Mementingkan mekanisme hasil belajar.


10.  Ciri – Ciri Guru yang Beraliran Humanisme
-        Peran guru sebagai fasilitator dan memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa;
-          Guru mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran;
-          Berdialog dan berdiskusi dengan siswa;
-          Menghargai siswa;
-      Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun pengetahuan, sangat penting dalam proses belajar dan tidak memisahkan domain kognitif dan afektif;
-     Pendidik humanistik menekankan perlunya siswa terhindar dari tekanan lingkungan, sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar. setelah siswa merasa aman, belajar mereka jadi lebih mudah dan lebih bermakna.[9]







SUMBER :

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan edisi kedua (Jakarta : Kencana), 2008 
Pupuh Fathurrohman, Sorry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam(Bandung : Refika Aditama) 2007
Dimyati, Mudjiono, Belajar & Pembelajaran(Jakarta : Rineka Cipta) 2013
Fuat Nashori (ed), Membangun Paradigma Psikologi Islami (Yogyakarta : Sipress, 1994)
Muhibbn Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya) 2014 
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/manfaat-mempelajar-psikologi.html (diunduh tgl 21-05-15 pukul 16.00) 
https://coretantanpatinta.wordpress.com/2013/01/03/teori-mutiple-intelligenci-teori-kecerdasan-ganda/ (diunduh pada 21-05-2015 pukul 21.30) 
http://rizkyfazliana.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html (diunduh pada 21-04-2015 pukul 22.00) 
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/11/analisis-komparatif-antara-teori.html (diunduh pada 21-04-2015 pukul 23.15)
Psikologi Belajar : Dr. Mulyati, M.Pd
Psikologi Belajar : Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono
Psikologi Pendidikan : Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa
Landasan Kependidikan : Prof. Dr. Made Pidarta

[1] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan edisi kedua (Jakarta : Kencana), 2008, hal 4
[3] Muhibbn Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya) 2014 hal. 41
[5] Fuat Nashori (ed), Membangun Paradigma Psikologi Islami (Yogyakarta : Sipress, 1994) hlm 48
[7] Pupuh Fathurrohman, Sorry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam(Bandung : Refika Aditama) 2007 hal. 19
[8] Dimyati, Mudjiono, Belajar & Pembelajaran(Jakarta : Rineka Cipta) 2013 hal. 86