Sabtu, 13 Juni 2015

MANFAAT EVALUASI BELAJAR

MANFAAT EVALUASI PEMBELAJARAN
BAGI PRESTASI SISWA

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah kurikulum. Walaupun dalam tatanan kurikulum evaluasi berada di urutan terakhir, evaluasi berperan penting untuk menentukan sukses atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan selama ini sekaligus mempengaruhi proses pembelajaran selanjutnya. Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang beraarti proses penilaian. Jika direfleksikan dengan fungsinya di dalam proses pembelajaran maka bisa diambil pengertian evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran.
Kita sendiri telah sebenarnya telah banyak sekali mengalami manfaat evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan di sekolah dasar, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi membuat kita dianggap layak untuk berada pada level sekarang. Hal ini dikarenakan hasil dari evaluasi yang kita lakukan telah memenuhi batas minimum dari tujuan yang telah disusun di awal. Adapun yang masih belum memenuhi batas minimum opsi remedial bisa dilakukan, dan ini merupakan salah satu tujuan evaluasi pembelajaran.
Kita kembali lagi ke definisi evaluasi pembelajaran. Dari definisi yang ada di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa ada beberapa poin penting yang dapat diambil dari rumusan definisi tersebut. Berikut ini sedkit penjabaran tentang poin-poin yang harus ada di dalam suatu evaluasi.
  1. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan, hal ini berarti evaluasi adalah proses yang berlangsung terus menerus baik sebelum melakukan proses belajar mengajar atau sesudah proses belajar mengajar bahkan evaluasi juga harus dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung.
  2. Pengumpulan dan penafsiran informasi, hal ini berarti evaluasi harus memiliki tujuan tertentu untuk apa sebuah evaluasi dilakukan.
  3. Untuk menilai keputusan-keputusan, hal ini berarti harus ada standar pengukuran tertentu untuk menyatakan apakah evaluasi proses pembelajaran telah sesuai atau belum sehingga dapat memberikan keputusan yang sesuai dengan data dan informasi yang dikumpulkan.
Secara umum ada 2 evaluasi yang harus dilakukan dalam mengevaluasi pembelajaran. Yang pertama adalah evaluasi yang dilakukan siswa yakni berupa proses dan hasil (masih ingat kan komponen kurikulum). Dan yang kedua adalah evaluasi yang harus dilakukan oleh guru yakni berupa evaluasi diri sendiri. menjadi salah satu tanggung jawab dari seorang guru tentunya untuk terus mengevaluasi dirinya sendiri dalam melakukan proses mengajar.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Ada beberapa tujuan mengapa dilakukan evaluasi pembelajaran. Berikut ini beberapa penjelasan singkat tentang tujuan-tujuan evaluasi pembelajaran.
  1. Menentukan hasil belajar siswa berupa angka yang selanjutnya kan menjadi laporan kepada orang tua siswa dan menjadikan acuan penentu apakah siswa naik kelas/tidak naik kelas atau lulus/tidak lulus.
  2. Memberikan fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki oleh siswa.
  3. Mengenal latar belakang siswa yang dapat berguna untuk menyelesaikan permaslahan-permasalahan yang dimiliki siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar seperti sebab-sebab kesulitan belajar yang pada akhirnya dapat menjadi input atau masukan bagi tugas BP, bimbingan dan penyuluhan.
  4. Sebagai feedback bagi guru untuk perlu atau tidaknya melakukan remedial.


Term atau istilah evaluasi dalam wacana pendidikan Islam tidak diperoleh padanan katanya yang pasti, tetapi terdapat term atau istilah-istilah tertentu yang mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut adalah:
a. Al-Hisab, memiliki makna mengitung, menafsirkan dan mengira. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah Swt.:
284. kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Begitu pula dalam QS. Al-Ghasyiyah (88) Ayat 26 yang berbunyi:
26. kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.


b. Al-Bala’ , memiliki makna cobaan dan ujian. Terdapat dalam firman Allah Swt.
2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

c. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal dari kata mihnah. Bahkan dalam Alquran terdapat surat yang menyatakan wanita-wanita yang diuji dengan menggunakan kata imtihan, yaitu surat al-Mumtahanah. Firman Allah Swt. Yang berkaitan dengan kata imtihan ini terdapat pada surat al-Mumtahanah (60) ayat 10.
10. Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.

d. Al-ikhtibar, memiliki makna ujian atau cobaan/al-bala’. Orang Arab sering menggunakan kata ujian atau bala’ dengan sebutan ikhtibar. Bahkan di lembaga pendidikan bahasa Arab menggunakan istilah evaluasi dengan istilah ikhtibar.
Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa Alquran dan Hadis merupakan asas maupun prinsip pendidikan Islam, sementara untuk operasionalnya tergantung pada ijtihad umat. Term evaluasi pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada makna “penafsiran atau memberi putusan terhadap pendidikan”. Setiap tindakan pendidikan didasarkan atas rencana, tujuan, bahan, alat dan lingkungan pendidikan tertentu. Berdasarkan komponen ini, maka peran penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidikan tercapai. Dari pengertian ini, proses pelaksanaan penilaian lebih ditekankan pada akhir tindakan pendidikan. Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-keputusan pendidikan, baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Dalam konteks ini, penilaian dalam pendidikan
Islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan niai-nilai Islami sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan dapat tercapai secara maksimal.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam evaluasi pendidikan Islam, yaitu: prinsip kontinuitas, prinsip menyeluruh, prinsip obyektivitas, dan prinsip mengacu pada tujuan.  
1.      Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
            Bila aktivitas pendidikan Islam dipandang sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka evaluasi pendidikannya pun harus dilakukan secara kontiniu. Prinsip ini selaras dengan istiqamah dalam Islam, yaitu setiap umat Islam hendaknya tetap tegak beriman kepada Allah Swt., yang diwujudkan dengan senantiasa mempelajari Islam, mengamalkannya, serta tetap membela tegaknya agama Islam, sungguhpun terdapat berbagai tantangan yang senantiasa dihadapinya.
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil, sebagaimana diisyaratkan Alquran dalam Surah Al-Ahqaf (46) Ayat 13-14.

13. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah[1388] Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
14. mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.

2.      Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab dan sebagainya, sebagaimana diisyaratkan dalam Alquran Surat Al-Zalzalah (99) Ayat 7-8.
 
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.


3. Prinsip objektivitas
Objektif dalam arti bahwa evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektivitas dari evaluator. Allah Swt. memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah, 5: 8),
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Nabi Saw. pernah bersabda: 
Artinya: “…..Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”. 
Prinsip ini hanya dapat ditetapkan bila penyelenggara pendidikan mempunyai sifat siddiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya.


4. Prinsip mengacu kepada tujuan
Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena aktivitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan atau pekerjaan sia-sia.


E. Sistem Evaluasi Pendidikan Islam
 Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan oleh Allah Swt, dalam Alquran dan dijabarkan dalam Sunah, yang dilakukan Rasulullah Saw. Dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan Islam sebagai berikut:
 
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (QS. Al-Baqarah, 2: 155).

2. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah Saw. kepada umatnya (QS. Al-Naml, 27: 40).

3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt. terhadap nabi Ibrahim as. yang menyembelih Ismail as. putra yang dicintainya (QS. Al-Shaaffat, 37: 103-107).

4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam as. tentang asma` yang diajarkan Allah Swt. kepadanya di hadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah, 2: 31).
5. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk (QS. Al-Zalzalah, 99: 7-8).

6. Allah Swt. dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi di balik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj, 22: 37).

7. Allah Swt. memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah, 5: 8).

Manfaat Evaluasi Pembelajaran
Ada tujuan juga pasti ada manfaat, berikut ini manfaat dari dilakukannya evaluasi pembelajaran.
  1. Kurikuler, sebagai pengukur apakah tujuan mata pelajaran telah tercapai atau belum.
  2. Instruksional, sebagai alat ukur apakah proses belajar mengajar telah berjalan sesuai rencana.
  3. Placement, melakukan penempatan yang sesuai kepada siswa tentang pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
  4. Diagnostik, sebagai alat diagnostik untuk mengetahui kelemahan siswa dan memberikan solusi penyembuhan atau penyelesaian kepada siswa-siswa yang mengalami kesulitan.
Administratif BP, sebagai input bagi bagian BP untuk membantu mengarahkan siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar.


Guru dalam menjalankan profesinya setiap saat akan selalu bersentuhan dengan kegiatan melakukan tes atau evaluasi kepada anak didiknya. Sebenarnya, ada beberapa jenis tes yang harus dilakukan oleh seorang guru. Jika kita menilik tes berdasarkan waktu pelaksanaannya pada suatu unit pembelajaran, maka tes atau evaluasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Tes yang dilaksanakan pada awal pembelajaran.
2. Tes yang dilaksanakan saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3. Tes yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
Tes yang dilaksanakan di awal pembelajaran disebut juga placement testing (tes penempatan). Tes yang dilaksanakan di akhir pembelajaran disebut juga summative testing (tes sumatif). Sedangkan tes yang dilaksanakan pada saat proses suatu unit pembelajaran sedang berlangsung dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu formative testing (tes formatif) dan diagnostic testing (tes diagnostik).
Pada tulisan saya kali ini, khusus akan membahas lebih detail tentang tes diagnostik (diagnostic test).
Saat seorang guru sedang melaksanakan suatu unit pembelajaran tertentu beberapa anak didiknya  mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan meskipun telah dilakukan program perbaikan (remidial), pada benak seorang guru mungkin akan muncul pertanyaan: "Mengapa anak didik saya tidak bisa mencapai tujuan pembelajaran? Apakah mereka menemui hambatan/kesulitan? Pada bagian mana letak kesulitan/hambatan itu muncul? Bagaimana cara mengatasinya?"
Nah, pada saat anak didik mengalami masalah/hambatan dalam belajar, dan sedemikian sulit diatasi dengan pengajaran remidial, maka sebaiknya guru memberikan tes diagnostik. Tes diagnostik dimaksudkan sebagai suatu studi yang lebih mendalam mengenai kesulitan belajar anak didik.
Tes diagnostik biasanya adalah sebuah tes yang dibuat dengan jumlah item soal yang cukup banyak pada suatu materi tertentu/spesifik. Item-item soal dibuat dengan sangat sedikit perbedaan variasi dari satu item soal ke item soal lainnya sehingga penyebab kesulitan/hambatan belajar dapat terdeteksi.
Tujuan khusus pembuatan tes diagnostik misalnya untuk menjawab pertanyaan: "Apakah siswa mengalami kesulitan belajar Bahasa Inggris karena mereka tidak mengerti Grammar ataukah karena jumlah kosakata yang mereka miliki terlalu sedikit?" Atau pertanyaan semisal: "Apakah siswa mengalami kesulitan memahami konsep persilangan monohibrib pada pelajaran biologi karena mereka tidak mengerti tentang cara menemukan gamet? Ataukah karena mereka tidak mengerti cara menuliskan diagram persilangan pada papan punnet? Ataukah karena mereka tidak mengerti konsep dominan dan resesif?".
Demikianlah, tes diagnostik memfokuskan tujuannya pada pencarian letak kesulitan anak didik dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga pembelajaran perbaikan yang akan diberikan dapat menjadi lebih efektif menuju letak permasalahan belajar yang dialami anak didik.
 

1 komentar: